Demikian mengemuka dalam audiensi ketua
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dengan Kelompok Fraksi (Poksi) X
Fraksi Partai Golkar DPR, di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Kamis
(20/5).
Dalam
pertemuan itu, hadir Ketua DPP Partai Golkar bidang Pendidikan Indra
Bambang Utoyo, Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Prof DR dr Azrul
Azwar, dan Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Musfihin Dahlan.
Dari
jajaran Poksi X DPR FPG, hadir Wakil Ketua Komisi X DPR Rully Chairul
Azwar, Hetifah, dan Selina Gita. Sementara dari jajaran DPP Partai
Golkar, hadir Wakil Sekjen DPP Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia, Dwie
Aroem Hadiatie, dan Fakhri P Sudjana.
"Kita
tidak menghendaki gerakan kepramukaan terkooptasi oleh politik atau
partai politik. Karena gerakan kepramukaan sifatnya adalah kebangsaan.
Makanya dalam pembicaraan RUU Pramuka, hal ini harus menjadi dasar
semuanya, sehingga kalau Undang-undang ini disahkan, tujuan awal gerakan
pramuka bisa terjaga," kata Indra Bambang Utoyo.
Menurut
Indra ada beberapa alternatif solusi terkait munculnya saat ini gerakan
kepanduan yang dibidani partai politik dan ormas.
"Dibiarkan
saja mereka (parpol dan ormas-Red) membuat gerakan kepanduan tapi tidak
masuk dalam gerakan kepramukaan seperti yang ada di UU. Tapi yang
terbaik adalah semua bisa menjadikan gerakan kepramukaan tapi basis
induk organisasinya ada pada gerakan kwartir nasional," ujarnya.
Saat
ditanya sikap bagaimana rekomendasi DPP Partai Golkar ke FPG DPR untuk
pembahasan RUU ini, Indra mengatakan untuk hal itu masih harus terlebih
dahulu dibicarakan dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie.
"Tapi
rasa-rasanya apa yang disampaikan Gerakan Pramuka, batinnya sejalan
dengan Partai Golkar. Kita tinggal tunggu keputusan dari Ketua Umum
Golkar," ujarnya.
Gerakan Independen
Sementara
itu, Rully Chairul Azwar mengatakan, pembahasan RUU Pramuka jangan
sampai menghilangkan esensi dari gerakan pramuka itu sendiri, yakni
sebuah gerakan nonpolitis dan independen. Menurut dia, usulan RUU ini
adalah bentuk kompromi pada saat itu dimana ada kepanduan dan pramuka.
Ada
semangat mengakomodir pluralisme dari gerakan yang eksis di bawah
parpol masing-masing sama halnya juga seperti yang ada di NU dan
Muhammadiyah. Tapi kita akan tinjau apakah ini akan menghilangkan esensi
kebersamaan. Semuanya akan kita bahas ini di Panja Komisi X DPR,"
ujarnya.
Menurut
dia, RUU Pramuka saat ini sudah ada di Badan Legislasi (Baleg) DPR
untuk masuk dalam tingkat paripurna untuk pengesahan menjadi UU
inisiatyif. "Setelah menjadi inisiatif, resmilah dibentuk Pansus. Dan
nantinya Pansus ini yang akan bicara masalah isinya dan bisa saja ada
perubahan-perubahan dalam isi RUU itu," ujarnya.
Sementara
Azrul Azwar berharap gerakan pramuka cuma ada satu dan tidak ada
gerakan-gerakan lain yang mengatasnamakan kepanduan. "Dalam draft (RUU
Pramuka-Red) kemungkinan bisa lebih dari 100 gerakan kepanduan, ini kan
tidak baik. Kita ingin pramuka cuma ada satu. Terbentuknya pramuka di
dunia ini untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan bukan untuk dipecah
belah," katanya.
Untuk itu, pihaknya berharap kepada Partai Golkar untuk mendukung gerakan kepanduan cuma ada satu yakni gerakan pramuka.
"Pramuka
bukanlah gerakan politik, silakan saja ormas atau parpol bikin gerakan
kepemudaan tapi jangan menggunakan format kepanduan karena di seluruh
dunia format kepanduan itu sifatnya baku," katanya. (M Kardeni)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !